Kamis, 07 Februari 2019

Jasa Catering, Rias dan Dokumentasi untuk Pernikahan di Malang

Beberapa hal yang ada di judul adalah perintilan kecil2 yang cukup bikin pusing (masih banyak sih perintilan lainnya seperti souvenir, seragam keluarga, undangan, dll). Yang akan gue bahas sekarang adalah masalah catering, rias pengantin dan dokumentasi pernikahan.

1. Catering
Nah, karena gue tau kalo catering adalah bagian yang paling bikin pusing, makanya gue udah gak liat2 catering lain, gue pake Ivanna Catering yang kantornya ada di daerah Sawojajar, Malang. Kenapa gue pake Ivanna, karena emang udah langganan di keluarga gue pake catering ini (buat ultah, syukuran, dll). Selain itu, harga untuk catering ini lumayan terjangkau lah, dan untuk rasa standart sih, masih masuk di lidah gue walopun ada beberapa catering yang lebih enak (tapi lebih mahal). FYI, biaya catering ini adalah biaya paling besar diantara semua rincian biaya. Untuk lebih jelasnya boleh explore ke blog mereka disini. Oh iya, biasanya mereka ngundang kita untuk food testing (biasanya sih hari Minggu) dan itu free, kita cobain masakan2 mereka tanpa bayar (mayan sih, pas berangkat kemarin sengaja dalam keadaan laper hehe). Mereka juga kasih gratis makanan gubug atau ice carving buat pemesanan minimal berapa pax gitu (beda2 bonusannya, tergantung jumlah pax). Kemarin gue pilih gratisan dimsum, tapi gue juga nambah beberapa gubug makanan sih. Untuk pembayaran mereka memberlakukan DP dulu (standart lah ya), dan untuk pelunasan seminggu sebelum hari h.

2. Rias
Sama kayak catering, untuk rias gue pake jasa rias yang udah turun temurun dipake sama keluarga besar gue, mulai dari rias nikahnya tante2 gue dulu sampe kakak cewek gue beberapa tahun yang lalu. Selain itu, gue sengaja cari jasa rias yang bener2 ngerti tata cara pernikahan adat Jawa (yang Jawa banget deh pokoknya). Sebenernya untuk rias yang gue pake ini, mereka juga menyediakan dekorasi dan jasa dokumentasi, tapi gue cuman ambil riasnya aja. Untuk jasa rias gue pake Wahyu Salon alamatnya ada di Jl. Kedawung Malang. Di salon ini gue juga sewa baju nikahan gue sepaket sama ortu, dan baju2 among tamu dan penerima tamunya. Gue pake jasa mereka sepaket dari siraman, midodareni, pemberkatan, sampe resepsi. Di paket itu, gue dapet 3 kali ganti baju saat hari h, ditambah baju untuk siraman dan baju untuk midodareni. Selain itu, semua perlengkapan properti dari siraman sampe hari h juga udah mereka sediakan. Riasan yang gue pake adalah paes Jogja untuk pemberkatan dan paes Solo Putri untuk temu manten dan resepsinya. Harga yang mereka tawarkan cukup murah sih dibanding MUA2 yang jaman now. Biaya yang gue keluarkan untuk nikahan gue sekitar 9jt belum termasuk keluarga2 lain yang dirias dan belum termasuk sewa baju untuk among tamu dan penerima tamu (jadi ini biaya untuk mempelainya aja). Murah kan, guys. Buat kalian yang berminat atau yang pengen tanya2 dulu untuk survey, bisa hubungi Ibu Endang di nomor 0812-338-2676 (sayangnya mereka gak punya instagram buat liat koleksi hasil riasan mereka).

Ini hasil riasannya (modelnya gue sendiri haha)

3. Dokumentasi
Untuk dokumentasi, gue nemunya lumayan mepet sih, soalnya lumayan mahal2 juga. Jadi bingung nentuin yang mana. Nah, beruntung banget kakak cewek gue nemu jasa dokumentasi yang lumayan terjangkau yaitu "ai photography" di Jl. Pacar Air Ruko kav. 6 Kalpataru Malang. Untuk instagram mereka adalah @ai_photoworks. Mereka juga menyediakan dokumentasi dalam bentuk video. Gue sih cocok banget sama mbak2 dan mas2 fotografernya, seumuran gue (kayaknya sih lebih muda mereka) jadi enak diajak ngobrol, mereka gampang akrab sama customer (bahkan anak kecil kayak 2 keponakan gue yang tingkahnya bagaikan monster2 cilik), dan yang paling gue suka dari fotografer2nya adalah menurut gue mereka pinter mencuri momen, jadi kesannya candid nya banyak dan hasilnya bagus2, trus mereka juga banyak inisiatif buat ngarahin posisi, gaya, dll.

Ini rincian biaya paket foto dan videonya.
Well, itulah 3 hal perintilan yang sangat penting dalam persiapan pernikahan, masih banyak perintilan lainnya yang perlu dipersiapkan seperti postingan pertama gue kemarin. Semoga bermanfaat.

Penyelidikan Kanonik (persiapan perkawinan Katolik)

Wah, it's been a long time. Maapkeun karena sudah lama tidak menulis blog. Kemarin bener-bener merasakan ribetnya persiapan nikah, sampai hari h, sampai beradaptasi menjadi istri (alasan aja ding hehe).
Well, seperti yang sudah gue janjikan tahun lalu, gue akan ngebahas masalah penyelidikan kanonik yang menjadi syarat untuk perkawinan Katolik. Jadi, awalnya gue udah konsultasi ke pastor paroki tempat gue merantau, karena waktu untuk pulang ke Malang sangat terbatas dan takutnya udah ketumpuk dengan urusan lain, jadi gue dan mas calon (saat itu masih calon) memutuskan untuk kanonik di Bogor aja. Nah, ternyata untuk kanonik di paroki lain syaratnya harus KPP di paroki tersebut (gue udah pernah posting tentang KPP di paroki lain ya guys).
Nah, singkat cerita, awalnya setelah KPP, kita konfirmasi ke sekretariat gereja untuk penjadwalan kanonik dengan pastor paroki. Sebelumnya, kita diminta untuk mengisi form pendaftaran kanonik yang isinya tanggal pemberkatan pernikahan, paroki atau gereja yang akan digunakan untuk melangsungkan pemberkatan, dan pastor yang akan menerimakan sakramen perkawinan. Setelah itu mereka akan konfirmasi jadwal untuk kanoniknya.
Pas itu gue dan mas mendaftar kanonik sekitar bulan Maret, dan mereka menjadwalkan di bulan Juni (memang agak jauh dari waktu pendaftaran karena ternyata mereka menyesuaikan dengan tanggal pernikahan bukan berdasarkan antrian pendaftaran).
Dan tibalah saatnya kami ikut kanonik. Diawali dengan menunggu pastor paroki di pastoran. Selama nunggu, kita berdua deg2an banget. Pas pastornya udah keluar buat manggil kita, malah makin deg2an. Yang diselidiki pertama adalah gue. Masuk di ruangan khusus, udah berasa kayak disidang aja. Sebelum interview dimulai, gue diminta untuk mengisi form identitas dan beberapa pertanyaan mengenai kesanggupan ikut kanonik dan pernyataan bahwa tidak ada data yang dipalsukan, ya kira2 begitu.
Mulailah pertanyaan demi pertanyaan yang diberikan. Mulai dari sudah dibaptis secara Katolik, tujuan menikah, komitmen untuk tidak menghindari kehamilan (alias gak boleh KB), trus kalo kondisinya ternyata tidak bisa punya anak gimana, dll (selebihnya seriusan gue lupa pertanyaannya apa aja, sorry). Setelah itu, barulah mas calon gue yang diinterview.
Nah, setelah selesai proses penyelidikan, pastor paroki (paroki dimana kita ikut kanonik) akan membuat surat delegasi yang akan dikirimkan ke pastor paroki yang akan menerimakan sakramen pernikahan kita. Gue sih gak nerima surat delegasinya, karena paroki Bogor yang ngirim langsung ke paroki Malang. Kalo urusan surat delegasi sudah sampai di paroki tujuan, barulah pengumuman perkawinan dibacakan setelah misa (3 kali pengumuman, jadi kurang lebih 3 minggu sebelum pernikahan sudah mulai diumumkan).

Begitulah kira2 proses kanonik yang gue jalani, kayaknya sih untuk pertanyaan2nya ada beberapa yang berbeda tiap paroki, tapi kurang lebih intinya itu deh.